TAKUMI, istilah pengrajin Jepang

Kemampuan untuk bisa mengoperasikan alat kerja seperti mesin bubut, mesin milling, mesin gerinda dan las memang sudah lumrah dimiliki seorang operator teknik. Namun, dalam konsep manufaktur modern, kesuksesan produksi tidak ditentukan oleh keahlian seseorang secara keseluruhan hingga produk tersebut jadi.

APA ITU “TAKUMI”?

Ada berbagai divisi kerja dan mesin kerja yang digunakan secara khusus oleh unit kerja tersebut. Hal ini sangat berbeda sekali dengan manufaktur kecil yang hanya mengandalkan proyek jangka pendek dengan produk yang pangsa pasarnya kecil dan seringkali tidak memilki produk bermerek sendiri. Operator bengkel teknik dituntut untuk serba-bisa dan mampu mengerjakan banyak hal.

Dalam budaya industrialis Jepang ada dikenal konsep TAKUMI. Takumi itu digunakan untuk menggambarkan “tukang profesional terpandang.” Secara tradisional, pengrajin ahli takumi meneruskan keterampilan ke generasi berikutnya. Keahlian itu masih ada di rekan sejawat, tetapi sulit untuk mengidentifikasi mereka. Mengapa? Karena mereka tidak terlihat. Tidak ada sertifikat pembuktian, namun hasil karyanya digunakan untuk komponen bernilai tinggi.

Takumi () merupakan istilah tradisional Jepang yang artinya adalah orang yang mampu hidup dilaut. Dimasa moderen, istilah Takumi ini lebih dikenal untuk memberikan label “hebat” dan serba-bisa pada pengrajin yang mampu membuat benda dan alat kerja dengan kualitas sangat tinggi, namun dengan teknologi sederhana dan tentunya manual. Mungkin istilah Takumi ini dalam bahasa Inggris bisa disamakan dengan arti kata “Master” atau istilah bahasa indonesia bisa juga dikenal dengan istilah Ketelatenan atau keterampilan. Seringkali dunia teknik menggunakan istilah Takumi ini dan tukang pekerjanya juga sering dipanggil sebagai sensei atau guru, dalam Jepang moderen juga sering disebut “master” atau “Boss”.

Menurut definisi yang lebih luas Takumi ini juga bisa berarti tingkat keterampilan pada sesuatu – mengukir kayu, memahat tanah liat, mengelas logam. Tapi keahlian menunjukkan sesuatu yang lebih dari sekadar keterampilan; itu menyiratkan perawatan, penguasaan, keunikan untuk barang an komponen yang sedang dibuat. Ini tentang semangat yang terkait dengan pembuatan dan pencipataan sesuatu. Ketika Anda memiliki mentalitas seperti pengrajin “Takumi” ini, Anda memiliki kebanggaan dalam pekerjaan Anda – dan kualitas hasil kerja Anda kemungkinan besar akan berharga tinggi.

Dalam keseharian pengusaha bengkel kecil, tentu dituntut agar setiap pekerja bisa melakukan beragam pekerjaan yang berbeda. Bahkan terkadang dituntut untuk bisa cepat dengan harga yang semurah mungkin. Dalam budaya industrialis Jepang, para pekerja bengkel yang sanggup mengerjakan produk dari bengkel yang kecil hingga menjadi produk akhir ini sering disebut dengan istilah TAKUMI.

MENGAPA SEMANGAT “TAKUMI” MASIH DIBUTUHKAN?

Mesin full CNC memang telah mendorong pabrikasi menjadi lebih cepat dan efisien daripada mesin bubut dan pabrik yang dikendalikan secara manual dari lantai produksi, tetapi mesin manual tradisional ini masih memainkan peran penting dalam banyak aplikasi.

Pergeseran ke jalur perakitan massal mengambil alih keahlian dan tanggungjawab kepemilikan dari masing-masing operator. Di pabrik moderen hasil akhir dari produk dari awal terwujud karena rangkaian kolektif per-divisi dan soliditas para pekerja operator mesin yang menjadi kontributor komponen, menambahkan sekrup, merekatkan lem, mengikat kabel daripada memproduksi seluruh bahan menjadi barang jadi siap pakai.

Ketika pembuatan komponen prototipe atau hanya beberapa bagian jumlah kecil dibutuhkan, seorang masinis tradisional akan selesai jauh lebih cepat sebelum programmer mesin CNC memasukkan baris kode terakhirnya. Hal ini justru membuat mesin manual lebih hemat biaya, apalagi untuk sistem orderan yang mendesak dan skill operator yang memadai.

MENTALITAS KERJA OPERATOR PABRIK VS PENGRAJIN “TAKUMI” BENGKEL.

Sayangnya, tren dari pengerjaan pengrajin menjadi manufaktur massal berdampak buruk pada hasrat kepuasan pekerja. Pekerja pabrik hanya termotivasi bekerja karena gaji dan insentif. Seringkali jika muncul teknologi mesin baru, pekerja Pabrik cenderung sulit untuk beradaptasi. Padahal mesin baru tersebut dimaksudkan agar pabrik bisa membuat barang baru yang bernilai lebih tinggi sehingga perusahaan bisa bertahan di bisnis manufaktur.

Penolakan atas cara kerja baru, maupun proses training ulang dari pekerja operator yang termotivasi hanya karena besarnya gaji, tentu menjadi hambatan bagi perusahaan untuk bisa bertahan. Perusahaan pun akhirnya hanya mampu mengerjakan proyek yang sama terus-menerus, hingga akhirnya produk tersebut tidak laku lagi di pasaran. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di perusahaan komponen yang membuat Hard Disk komputer, perusahaan manufaktur komponen telefon seluler era GPRS seperti Nokia dan Ericsson.

BAGAIMANA PRODUSEN DAPAT MENGUKUR MENTALITAS ITU DI SELURUH STASIUN, JALUR, BAHKAN PABRIK?

Memberikan kualitas pengrajin “Takumi” yang serba bisa dalam skala besar seperti pabrik yang punya beragam divisi juga menjadi tantangan. Selain sulitnya untuk mengontrol tenaga kerja, juga karena langkah di mana produk sedang dibangun tidak selaras dengan perawatan dan penguasaan obsesif yang dibutuhkan oleh pabrik. Oleh sebab itu, umumnya, pabrik memiliki divisi Riset dan Pengembangan yang bekerja untuk menciptakan produk baru. R&D ini beranggotakan beragam operator dan teknisi yang mampu mengerjakan banyak hal dan mencoba serta mengoperasikan mesin, dan biasanya dipimpin oleh pihak manajemen produk.

Tentu tidak semua perusahaan mampu memiliki divisi R&D dengan dana yang besar. Sehingga seringkali pabrik justru menyuruh pihak subkontraktor dari bengkel bubut dan perusahaan kecil lain untuk menghasilkan komponen prototipe produk. Pihak subkontraktor yang mengerjakan prototipe juga pasti terikat untuk menyimpan rahasia pengembangan produk dengan imbalan insentif kontrak kerja yang sesuai.

Yang tersulit justru akan dialami oleh para operator, baik karyawan tetap maupun kontrak. Mengapa? karena tentu pihak manajemen pabrik bisa saja mengakhiri kontrak kerja mereka atau bahkan dalam kasus terburuk, membangkrutkan pabrik agar pekerja diberhentikan massal. Seringkali hal ini justru dilakukan agar para pemilik modal ini bisa memulai perusahaan baru lagi dengan jumlah tenaga kerja lebih sedikit.

KESIMPULAN

Kemampuan untuk dituntut serba bisa dan selalu bersemangat dalam mengerjakan produk bagi pekerja di bengkel “Takumi” tentu tergantung dari kemampuan manajerial dari sipemilik bengkel tersebut. Dari berbagai sektor kerja yang bisa dilakukan bengkel “TAKUMI”, pengusaha bubut yang masih mengerjakan sendiri harus bisa dengan cerdas melihat peluang usaha mana yang menjadi fokus dari bengkelnya. Apakah menjadi bengkel terfokus pada alat pertanian dan otomotif atau fokus pada pembuatan meja kerja bengkel dan jig?

Metalextra menawarkan solusi perangkat kerja cutting tool presisi berkualitas tinggi asal Jerman, Taiwan, Jepang, Korea dan lainnya.  Kami juga memilki alternatif produk dari merek dan negeri asal lain yang sesuai budget anda.

Jika Anda berminat untuk membeli alat kerja presisi ataupun beragam alat aksesoris machining dan cutting tool dimensi metric lainnya silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email : sales@metalextra.com Semoga bermanfaat. Wassalam!


Sumber:

Tim Kreatif Metalextra.com, Tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.

Awalnya dipublikasikan pada27 Juni 2020 @ 12:24 PM

Tinggalkan Balasan