Industri baja merupakan salah satu sektor yang strategis atau disebut sebagai “mother of industries” karena beperan penting dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi banyak sektor industri lainnya. Di antaranya adalah sektor konstruksi, alat transportasi, alat berat, elektronik, dan alat pertahanan.
“Melalui penerapan industri 4.0 di Indonesia, industri baja di Tanah Air harus bisa menjadi leader dalam inovasi dan peningkatan kemampuan untuk memenuhi material dasar bagi industri penggunanya. Dengan begitu, bisa memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh negeri lain,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Pelepasan Ekspor Besi Baja Ke Amerika Serikat oleh PT. Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) di Cikarang Barat, Senin (21/3).
Menperin mengemukakan, setelah melewati berbagai gelombang dan varian pandemi Covid-19, industri logam dasar berhasil mencatatkan pertumbuhan positif pada kuartal IV tahun 2021 sebesar 11,31% atau naik dibanding kuartal sebelumnya yang berada di angka 9,52%. “Pertumbuhan sektor ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan industri nasional. Saya memberikan apresiasi kepada seluruh pelaku industri baja di Tanah Air,” ujarnya.
Menperin mengungkapkan, kontribusi sektor industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari tiga hal. Pertama, ekspansi melalui peningkatan investasi. “Kami melihat PT Gunung Raja Paksi Tbk. telah meningkatkan investasi, salah satunya light section mill (LSM) yang diharapkan bisa memulai produksi April tahun ini dan operasional blast furnace baru di bulan September mendatang,” jelasnya.
Kontribusi kedua adalah melalui ekspor yang membawa devisa bagi bangsa dan negara. “GRP menyampaikan rencananya untuk meningkatkan porsi ekspor hingga 20% pada 2022,” ujar Menperin.
Ketiga, pendalaman struktur industri. Menperin berharap, semua industri baja dapat segera melakukan pendalaman struktur, berpartisipasi membangun dan memenuhi rantai pasok baja, dari hulu, sehingga menghasilkan bahan baku yang murah dan berkualitas.
Pemenuhan produk hulu sebagai bahan baku hingga produk hilir yang tinggi inovasi, harus terpenuhi dalam harmonisasi supply-demand baja nasional. “Untuk itu, pemerintah telah menyusun kebijakan pengembangan industri nasional sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, yang saat ini telah memasuki tahap kedua tahun 2020-2024 dengan target kapasitas baja nasional sebesar 17 juta ton,” sebutnya.
Melalui realisasi investasi yang massif dilakukan oleh sejumlah perusahaan, pemerintah optimistis target peningkatan kapasitas industri baja nasional bisa mencapai 11,9 juta ton. Hal ini juga didukung dengan Proyek Klaster 10 Juta Ton Baja di Cilegon – Banten yang diharapkan membawa multiplier effect, tidak hanya dari sisi tenaga kerja, namun juga tax revenue, dan kontribusi terhadap PDB nasional.
Sebagai tambahan, industri juga berkontribusi melalui proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Kami mengapresiasi PT GRP sudah mulai membeli carbon credit sebagai bagian komitmen terhadap dunia, bahwa upaya menjaga lingkungan tidak terpisahkan dari industri,” jelas Menperin.
Ekspor baja ke Amerika Serikat
GRP melakukan ekspor baja struktur ke Casa Grande, Arizona- Amerika Serikat. Tepatnya ke perusahaan industri mobil elektrik, Lucid Motors. Dalam kesempatan tersebut, Menperin melepas ekspor produk jenis structural beam sebanyak 700 MT senilai USD1 Juta. “Untuk melakukan ekspor ke Amerika Serikat, dibutuhkan sertifikasi yang memadai. Produk yang hari ini dikirim sudah memenuhi sertifikat dari beberapa agensi internasional yang tidak mudah untuk diperoleh. Suatu kebanggaan bagi kita bahwa Anak Bangsa bisa melakukan itu,” kata Menperin.
Presiden Direktur PT Gunung Raja Paksi Tbk. Abednedju Giovano Warani Sangkaeng menyampaikan, ini merupakan pengiriman trial order untuk pembangunan pabrik Lucid Motors. Menurutnya, ekspor kali ini menandakan bahwa produk baja dalam negeri sudah berhasil menembus pasar ekspor ke USA.
Pengiriman baja ke negeri Paman Sam tersebut merupakan upaya perusahaan untuk mencapai target ekspor 2022 senilai USD70 juta. Selain itu, untuk meningkatkan porsi ekspor menjadi 20 persen, dibandingkan 2021 yang hanya 5 persen. PT. GRP yang berdiri sejak tahun 1970 ini merupakan salah satu perusahaan baja yang memiliki peran strategis pada pengembangan industri baja nasional.
Tahun 2021 sendiri, nilai ekspor yang dicapai GRP mencapai USD44 juta. realisasi investasi PT. GRP sampai tahun 2021 sebesar USD488,71 juta (sekitar Rp7 triliun) dengan memproduksi baja dari hulu sampai hilir. Selain penjualan dalam negeri, PT. GRP telah melakukan ekspor dengan nilai sebesar USD45 juta atau meningkat dibandingkan tahun 2020 yang mencapai USD28 juta.
TENTANG PT GUNUNG RAJA PAKSI TBK
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) merupakan anggota dari Gunung Steel Group, salah satu perusahaan baja swasta terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1970 di Medan, Sumatera Utara, perusahaan kami memulai bisnis dengan memproduksi baja panas, secara bertahap memproduksi balok dan lembaran baja. Pada tahun 1991, PT Gunung Naga Mas beralih ke PT Gunung Raja Paksi (GRP). GRP terletak di Cikarang Barat, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, dengan luas lebih dari 200 hektar.
KESIMPULAN
Jika Anda berminat untuk membeli alat kerja presisi ataupun beragam alat aksesoris machining dan cutting tool dimensi metric lainnya silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email: moc.artxelatem Semoga bermanfaat. Wassalam! @selas
Sumber: Siaran Pers Kementrian Perindustrian MARCH 2022
Tim Kreatif Metalextra.com, Kesimpulan di tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.