Sebagai salah satu material yang paling banyak digunakan dalam konstruksi, beton menuntut kontrol kualitas yang ketat untuk memastikan kekuatan dan kinerja jangka panjangnya. Kekuatan akan tergantung pada banyak faktor, termasuk rasio air-semen, kualitas bahan dan kontrol kualitas selama produksi beton.
CONCRETE STRENGHT TESTER APA SAJA JENISNYA?
1. Rebound Hammer atau Schmidt Hammer (ASTM C805)
Metode: Mekanisme pelepasan pegas digunakan untuk mengaktifkan palu yang berdampak pada pendorong untuk mendorong ke permukaan beton. Jarak pantul dari palu ke permukaan beton diberi nilai 10 sampai 100. Pengukuran ini kemudian dikorelasikan dengan kekuatan beton.
Kelebihan: Relatif mudah digunakan dan dapat dilakukan langsung di tempat.
Kekurangan: Pra-kalibrasi menggunakan sampel berinti diperlukan untuk pengukuran yang akurat. Hasil pengujian dapat terdistorsi oleh kondisi permukaan dan adanya agregat besar atau tulangan di bawah lokasi pengujian.
2. Uji Ketahanan Penetration Resistance Test (ASTM C803)
Metode: Untuk menyelesaikan uji ketahanan penetrasi, perangkat menggerakkan pin atau probe kecil ke permukaan beton. Gaya yang digunakan untuk menembus permukaan, dan kedalaman lubang, berkorelasi dengan kekuatan beton di tempat.
Kelebihan: Relatif mudah digunakan dan dapat dilakukan langsung di tempat.
Kekurangan: Data sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan serta jenis bentuk dan agregat yang digunakan. Membutuhkan pra-kalibrasi menggunakan beberapa sampel beton untuk pengukuran kekuatan yang akurat.
3. Kecepatan Ultrasonic Pulse Velocity (ASTM C597)
Metode: Teknik ini menentukan kecepatan pulsa energi getaran melalui lempengan. Kemudahan di mana energi ini melewati pelat memberikan pengukuran mengenai elastisitas beton, ketahanan terhadap deformasi atau tekanan, dan kepadatan. Data ini kemudian dikorelasikan dengan kekuatan pelat.
Kelebihan: Ini adalah teknik pengujian non-destruktif yang juga dapat digunakan untuk mendeteksi cacat pada beton, seperti retakan dan sarang lebah.
Kekurangan: Teknik ini sangat dipengaruhi oleh adanya tulangan, agregat, dan kelembaban pada elemen beton. Ini juga membutuhkan kalibrasi dengan banyak sampel untuk pengujian yang akurat.
4. Uji Tarik/Pullout Test (ASTM C900)
Metode: Prinsip utama di balik pengujian ini adalah menarik beton menggunakan batang logam yang dicor di tempat atau dipasang di beton. Bentuk kerucut yang ditarik, dikombinasikan dengan gaya yang dibutuhkan untuk menarik beton, berkorelasi dengan kuat tekan.
Kelebihan: Mudah digunakan dan dapat dilakukan pada konstruksi baru maupun lama.
Kekurangan: Tes ini melibatkan penghancuran atau kerusakan beton. Sejumlah besar sampel uji diperlukan di lokasi pelat yang berbeda untuk hasil yang akurat.
5. Inti Drilled Core (ASTM C42)
Metode: Bor inti digunakan untuk mengekstraksi beton yang mengeras dari pelat. Sampel ini kemudian dikompresi dalam mesin untuk memantau kekuatan beton di tempat.
Kelebihan: Sampel ini dianggap lebih akurat daripada spesimen yang dirawat di lapangan karena beton yang diuji kekuatannya telah mengalami riwayat termal aktual dan kondisi perawatan pelat di tempat.
Kekurangan: Ini adalah teknik destruktif yang membutuhkan kerusakan integritas struktural pelat. Lokasi inti perlu diperbaiki setelahnya. Laboratorium harus digunakan untuk mendapatkan data kekuatan.
6. Silinder Cast-in-place (ASTM C873)
Metode: Cetakan silinder ditempatkan di lokasi tuang. Beton segar dituangkan ke dalam cetakan ini yang tetap berada di pelat. Setelah mengeras, spesimen ini dilepas dan dikompres untuk kekuatan.
Kelebihan: Dianggap lebih akurat daripada spesimen yang dirawat di lapangan karena beton mengalami kondisi perawatan yang sama dengan pelat di tempat, tidak seperti spesimen yang dirawat di lapangan.
Kekurangan: Ini adalah teknik destruktif yang membutuhkan kerusakan integritas struktural pelat. Lokasi lubang perlu diperbaiki sesudahnya. Laboratorium harus digunakan untuk mendapatkan data kekuatan.
7. Sensor Nirkabel Wireless Maturity Sensors (ASTM C1074)
Metode: Teknik ini didasarkan pada prinsip bahwa kekuatan beton berhubungan langsung dengan sejarah suhu hidrasinya. Sensor nirkabel ditempatkan di dalam bekisting beton, diamankan di tulangan, sebelum dituang. Data suhu dikumpulkan oleh sensor dan diunggah ke perangkat pintar apa pun dalam aplikasi menggunakan koneksi nirkabel. Informasi ini digunakan untuk menghitung kuat tekan elemen beton in-situ berdasarkan persamaan kematangan yang diatur dalam aplikasi.
Kelebihan: Data kekuatan tekan diberikan secara real-time dan diperbarui setiap 15 menit. Hasilnya, data dianggap lebih akurat dan andal karena sensor tertanam langsung di bekisting, yang berarti mereka tunduk pada kondisi perawatan yang sama dengan elemen beton di tempat. Ini juga berarti tidak ada waktu yang terbuang di lokasi untuk menunggu hasil dari lab pihak ketiga.
Kekurangan: Memerlukan kalibrasi satu kali untuk setiap campuran beton untuk membentuk kurva kematangan menggunakan tes istirahat silinder.
HARGA ALAT UKUR CONCRETE TESTER BERAPA?
Metalextra menjual beragam alat ukur Gauge beserta jig aksesorisnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam standar ISO Metrik maupun standar Jerman DIN, Jepang JIS dan Amerika Serikat ANSI.
Jika Anda merasa sulit untuk mencari alat kerja industri yang lebih efektif, jangan ragu untuk mencari bantuan dari spesialis yang dapat membantu Anda memilih yang akan memberi Anda manfaat maksimal. Hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email : sales@metalextra.com