Tupperware Brands (TUP.N) mengajukan perlindungan kebangkrutan pada pemerintah Amerika serikat di kota Delaware pada Selasa malam 17 Spetember 2024. Tupperware mengalami kerugian yang terus meningkat karena permintaan yang rendah untuk wadah penyimpanan makanan berwarna-warni yang dulunya populer.
Popularitasnya Tupperware Brands meledak pada tahun 1950-an ketika para wanita dari generasi pascaperang mengadakan “pesta Tupperware” di rumah mereka untuk menjual wadah tersebut karena mereka mencari pemberdayaan dan kemandirian.
Namun, penjualannya Tupperware Brands merosot dalam beberapa tahun terakhir karena perusahaan tersebut berjuang untuk menempatkan lebih banyak produknya di toko ritel dan platform penjualan daring. Tupperware secara historis mengandalkan perwakilan penjualan independen untuk memasarkan produknya, tetapi strategi itu gagal menjangkau konsumen modern, menurut perusahaan tersebut.
“Hampir semua orang sekarang tahu apa itu Tupperware, tetapi lebih sedikit orang yang tahu di mana menemukannya,” tulis Kepala Restrukturisasi Tupperware Brian Fox dalam pengajuan pengadilan di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware. Tupperware mengumumkan kebangkrutan karena wadah warna-warninya tidak lagi relevan.
Tupperware bulan lalu meragukan kemampuannya untuk tetap menjalankan bisnis setelah beberapa kali mengisyaratkan risiko kebangkrutan karena kendala likuiditas.
Perusahaan Tupperware Brands yang saat ini dipimipin Ibu Laurie-ann-goldman tersebut, memiliki utang sebesar $812 juta, yang sebagian besar dibeli oleh investor utang yang tertekan dengan diskon besar pada bulan Juli, menurut berkas pengadilan. Para pemberi pinjaman baru tersebut telah berupaya menggunakan posisi utang mereka untuk menyita aset Tupperware termasuk kekayaan intelektualnya seperti mereknya, yang mendorong perusahaan untuk mencari perlindungan kebangkrutan, kata Tupperware.
Perusahaan Tupperware Brands bermaksud untuk melanjutkan operasi dan melakukan proses penawaran selama 30 hari untuk menemukan pembeli bagi seluruh perusahaan.
“Bahkan dengan neraca yang baru-baru ini direstrukturisasi dan dorongan keuangan sementara, leverage Tupperware yang tinggi, penjualan yang menurun, dan margin keuntungan yang menyusut terlalu berat untuk diatasi,” kata James Gellert, ketua eksekutif di firma analisis keuangan RapidRatings.
Perusahaan Tupperware Brands tersebut telah berusaha untuk membalikkan keadaan bisnisnya selama bertahun-tahun setelah melaporkan beberapa kuartal penjualan yang menurun.
Lonjakan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku seperti resin plastik pascapandemi juga menekan bisnisnya. Saham perusahaan Tupperware Brands mengalami perubahan besar pada tahun 2023 di tengah reli “saham meme”, di mana investor ritel berkoordinasi di media sosial dan memfokuskan taruhan mereka pada perusahaan yang sedang berjuang dengan bunga pendek yang tinggi.
Tupperware memiliki perkiraan aset sebesar $500 juta hingga $1 miliar dan perkiraan kewajiban sebesar $1 miliar hingga $10 miliar, menurut pengajuan kebangkrutan. Perusahaan tersebut mencantumkan jumlah kreditor antara 50.001 dan 100.000. Indonesia sendiri merupakan salah satu pasar terbesar dari produk Tupperware di Asia.
Pada tahun 2023, perusahaan Tupperware Brands tersebut telah menyelesaikan perjanjian dengan pemberi pinjamannya untuk merestrukturisasi kewajiban utangnya dan menandatangani bank investasi Moelis & Co untuk membantu mengeksplorasi opsi strategis.
Menurut Global Market Insights yang dikutip oleh media Business Week, pabrikasi cetakan Plastic Injection Moulding memang menjadi salah satu teknik pembentukan plastik yang paling umum digunakan di berbagai aplikasi industri saat ini. Sektor industri dalam otomotif, barang konsumen, elektronik, konstruksi umum, pengemasan, medis dan banyak lagi, semuanya mendapat manfaat dari tren yang muncul dalam pembuatan cetakan injeksi plastik dan menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Bahkan, pasar plastik cetakan injeksi global mencapai $ 162 miliar pada 2020.
KENAPA TUPPERWARE BISA BANGKRUT?
Plastic injection merupakan proses manufaktur produk dengan bahan dasar plastic atau bahan turunan dari material polypropylene. Industri Pasar Plastic Injection Moulding telah terus bertumbuh dan berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Tupperware Brands dikenal sebagai manufaktur kemasan makanan dan minuman yang menyasar penggunaan konsumen untuk penggunaan berulang kali. Tupperware memproduksi peralatan kelontong rumah tangga dengan teknologi plastik injection moulding dengan akurasi 0.01mm. Tiap kemasan container selalu konsisten tanpa banyak variasi dan kurang inovatif karena dibuat dengan ketebalan 1 milimeter lebih. Tupperware juga tidak melihat peluang memproduksi kemasan yang ditujukan pada pengantaran makanan online. Proses teknologi mould and dies yang digunakan Tupperware juga mengandalkan harga dan siklus produksi dari supplier OEM yang teknologinya rendah.
Ada juga ahli teknologi injection moulding yang beranggapan bahwa perilaku pasar yang memesan makanan delivery lewat aplikasi lebih memilih kemasan plastik sekali pakai. Tentu saja kemasan plastik sekali pakai sudah menggunakan teknologi moulding terbaru yang mampu menghasilkan kemasan yang lebih tipis dari 1mm dan harga jualnya lebih murah. Manufaktur injection moulding asal China memang terkenal mampu meniru dan membuat unit cetakan dies dan unit mesin moulding dengan harga yang lebih murah.
TENTANG TUPPERWARE
Sejak 1946, Tupperware Brands Corporation merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang menemukan solusi untuk kemasan makanan, memberdayakan kewirausahaan perempuan melalui penjualan sosial, dan membuat jaringan penjualan ibu-ibu rumahtangga. Tupperware merupakan perancang, produsen, dan distributor terkemuka produk-produk autentik, berkualitas tinggi, dan inovatif yang disukai dan dipercaya orang. Merek Tupperware® menjadi bagian dari budaya Amerika dan terkenal di seluruh dunia.
Tupperware merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Tupperware Brands. Pada tahun 2007, Tupperware dijual oleh sekitar 1,9 juta tenaga penjualan langsung berdasarkan kontrak. Pada tahun 2013, pasar teratas untuk Tupperware adalah Indonesia, melampaui Jerman. Penjualan Indonesia pada tahun 2013 mencapai lebih dari $200 juta. Pada tanggal 19 September 2024, perusahaan tersebut resmi mengajukan kebangkrutan.
Tidak ada perubahan terkini pada perjanjian konsultan penjualan independen Tupperware. Perusahaan Tupperware Brands Corporation akan mengajukan mosi tertentu untuk mendapatkan persetujuan Pengadilan Amerika Serikat guna mendukung operasinya selama proses berlangsung, termasuk pembayaran upah dan tunjangan karyawan yang berkelanjutan serta memberikan kompensasi kepada vendor dan pemasok berdasarkan ketentuan normal untuk barang dan jasa yang diberikan pada atau setelah tanggal pengajuan.
KESIMPULAN
Manajemen produksi dan riset akan mengalami tekanan untuk memastikan proses yang mulus mulai dari desain moulding hingga produk jadi. Kami di Metalextra.com juga melihat beberapa tren yang terjadi yang merupakan katalisator untuk kemajuan yang potensial terutama bagi pasar industri di Indonesia yang selama ini juga merupakan negara konsumen produk turunan plastik terbesar di ASEAN.
Metalextra berkomitmen untuk menyediakan teknologi permesinan yang unggul dan terdepan serta solusi proses rekayasa inovatif yang memungkinkan produsen untuk fokus membuat apa yang penting agar produktifitas industri presisi anda meningkat.
Untuk penawaran atau informasi lebih lanjut alat kerja perbengkelan profesional ataupun beragam alat ukur dimensi metric lainnya silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email : moc.artxelatem @selas
Sumber:
Corporate Communication Tupperware Brands Corporation SEPTEMBER 2024
Tim Kreatif Metalextra.com, Tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.