Business, History & Origin
Michio Suzuki dan semangat monozukuri Suzuki Corporation.
Suzuki bagi orang Indonesia merupakan salah satu merek andalan dari manufaktur asal Jepang yang berkontribusi juga untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Suzuki memproduksi mobil, kendaraan penggerak empat roda, sepeda motor, kendaraan segala medan (ATV), mesin kelautan tempel, kursi roda dan berbagai mesin pembakaran internal kecil lainnya.
BIOGRAFI SINGKAT
Kesuksesan dari grup Suzuki ini juga tak terlepas dari semangat pendirinya pak Michio Suzuki. Pak Michio Suzuki lahir pada 18 Februari 1887 (tahun 20 era Meiji) di desa Nezuminomura (鼠 野村), Prefektur Shizuoka, sebuah desa kecil petani dan penenun kapas. Ia dinamai tokoh sejarah dan dewa Shinto Sugawara no Michizane. Nama depan Suzuki, Michio, dibentuk dengan menggabungkan karakter 道 (Michi) dari 道 真 (Michizane) dengan karakter 雄 (o), karakter akhir yang umum untuk nama pria.
Kota kelahirannya Hamamatsu merupakan bagian dari wilayah yang disebut Enshu, di sekitar bagian barat Prefektur Shizuoka, dan di sebuah rumah pertanian di sanalah Michio Suzuki, pendiri Suzuki, lahir. Enshu merupakan wilayah yang kaya akan alam dan diberkati dengan iklim yang sejuk, berkembang dalam tradisi produksi kapas yang telah lama dipegang, dan membanggakan industri tekstil yang maju. Itu juga merupakan kota “monozukuri”, seni kerajinan Jepang, dengan industri konstruksi yang dikembangkan menggunakan kayu sejenis pinus yaitu tenryu cedar.
Michio Suzuki lahir dari latarbelakang keluarga yang sederhana. Orang tua pak ichio Suzuki merupakan seorang petani kapas. Ibunya Michio Suzuki juga memintal sendiri kapas tersebut dirumah setelah memanen kapas dikampungnya. Michio Suzuki sendiri sudah bekerja di ladang sejak usia tujuh atau delapan tahun. Namun, Suzuki selalu lebih menyukai pekerjaan yang lebih terampil, jadi pada tahun 1901, pada usia empat belas tahun, ia mulai mencoba merantau dan kemudian mendapatkan magang selama tujuh tahun di bawah bimbingan yang ketat dari tukang kayu pak Kōtarō Imamura.
Namun, ketika perang Rusia-Jepang dimulai pada tahun 1904, permintaan akan pengrajin kayu yang terampil menjadi rendah, dan Imamura dipaksa, bersama dengan muridnya, untuk melakukan pekerjaan subkontraktor sebagai teknisi pemelihara alat tenun di lantai pabrik orang lain. Meskipun pak Kōtarō Imamura menganggap pekerjaan ini tidak sesuai dengan keahlian dan kemampuan pengrajin sekalibernya, Michio Suzuki justru terus berkembang dalam peran ini, dan semangat mudanya dalam belajar teknis dan mekanis terus bertumbuh.
MEMULAI USAHA SENDIRI
Michio Suzuki menyelesaikan masa magangnya ikut orang pada tahun 1908 diusianya 21 tahun, Suzuki memutuskan untuk pulang kampung. saat itu, tenaga listrik juga sudah masuk kotanya berkat pendirian perusahaan tenaga listrik di Hamamatsu pada tahun 1902. Suzuki juga mewarisi pertanian ulat sutera keluarganya. Melihat tingginya permintaan akan alat tenun, Michio yang berusia 21 tahun memutuskan untuk bekerja di bidang pembuatan alat tenun ketika masa magangnya berakhir pada tahun 1908.
Bengkel Suzuki pertama tersebut dibangun di Kaminitta, Kaminakajima, dengan merombak dan merelokasi rumah pemeliharaan ulat sutera yang dipercayakan oleh keluarganya. Karena sudah mengumpulkan modal keluarganya, pak Michio Suzuki pun memberanikan diri mengubah rumahnya menjadi bengkel pabrikasi, servis dan pembuatan alat tenun bagi pengrajin.
Hambatan dan tantangan tak berhenti hanya soal bertahan hidup. Saat pemerintah kekaisaran Jepang ikut perang dunia kedua, pak Michio Suzuki pun diwajibkan untuk turut serta. Namun, karena perawakannya yang pendek, pak Michio Suzuki ditempatkan ke dalam kategori tentara cadangan sekunder dari Kekaisaran Jepang. Pak Michio Suzuki pun akhirnya bisa memusatkan perhatian penuhnya pada pembuatan alat tenun.
Inovasi pertamanya pak Michio Suzuki adalah alat tenun yang digerakkan dengan pedal kaki yang kemudian dia berikan kepada ibunya. Ibunya pak Michio Suzuki kemudian menggunakannya untuk menenun kain. Hasilnya justru sepuluh kali lebih cepat daripada perangkat tenun yang dia miliki yang meurpakan sistem alat tenun tangan manual. Michio mencatat secara khusus peningkatan permintaan akan alat tenun lantai.
Pada tahun 1909, ia mendirikan Usaha Tenun Suzuki, dan seorang diri membuat alat tenun. Dia menghadiahkan alat tenun pertamanya kepada ibunya, yang menjadi pembicaraan di desa-desa sekitarnya. Kualitas alat tenun rumahan buatan Suzuki ini segera diikuti oleh pesanan orang sekitar kampungnya.
Setelah berdiskusi dengan para penenun yang menggunakan mesinnya, pak Michio Suzuki menyadari bahwa mereka membutuhkan alat tenun yang dapat menenun pola garis. Pada tahun 1911, Two-Shuttle Floor Loom yang menenun kain dengan pola garis-garis dibangun. Tahun kemudian, dia mendapatkan paten kecil untuk peralatan yang menggerakkan kotak antar-jemput ke atas dan ke bawah, yang memungkinkan pergantian benang pakan untuk membuat pola wafel. Meski sayangnya perangkat asli sudah tidak ada lagi, namun Suzuki Plaza menampilkan model alat tenun yang dibuat sesuai dengan dokumen paten dan alat tenun yang disimpan di Museum Kota Hamamatsu.
Pada tahun 1912, ia memperoleh paten pertamanya dengan perangkat pengendali lepasan lusi. Alat Tenun Listrik Satu Pesawat dan Alat Tenun Listrik Empat Pesawat yang Terbuat dari Kayu dan Besi memenangkan hadiah pertama pada pameran yang diadakan di Ashikaga pada tahun 1916. Permintaan kain lebar lebar semakin meningkat tahun ini.
Terlepas dari kesuksesan alat tenunnya, Suzuki yakin bahwa perusahaannya akan bertahan jika berani diversifikasi usaha dan mencoba hal baru. Pada tahun 1929, Michio Suzuki menemukan mesin tenun mekanis yang sistemnya semi otomatis jenis baru, yang diekspor ke luar negeri. Suzuki pun menerima keuntungan saat permintaan akan kain katun dan bahan kapas pun turut meningkat. Di masa itu, kapas banyak digunakan bagi pembuatan seragam pakaian tentara hingga pembuatan roda karet kendaraan.
30 tahun pertama perusahaan Suzuki memang berfokus pada pengembangan dan produksi mesin-mesin tenun kapas ini. Bisnis berkembang pesat saat Suzuki membangun alat tenun untuk industri kain sutra raksasa Jepang. Terlepas dari kesuksesan alat tenunnya, Suzuki yakin bahwa perusahaannya akan mendapatkan keuntungan dari diversifikasi dan dia mulai melirik produk lain.
SUZUKI MENGEMBANGKAN MESIN KENDARAAN
Berdasarkan permintaan konsumen, Michio Suzuki memutuskan untuk menyisihkan modal uang dan waktu membangun mobil kecil yang bisa membantu para pengrajin dan pengusaha untuk berkendara dengan praktis. Proyek ini dimulai pada tahun 1937, dan dalam dua tahun Suzuki telah menyelesaikan beberapa mobil prototipe kompak yang bentuknya kecil sesuai dengan postur tubuh orang Jepang saat itu.
Kendaraan bermotor Suzuki pertama ini didukung oleh mesin empat silinder yang inovatif, berpendingin cairan, dan empat silinder. Mobil Suzuki ini memiliki bak mesin dan kotak roda gigi aluminium cor dan menghasilkan 13 tenaga kuda (9,7 kW) dari kapasitas kurang dari 800cc. Walaupun sudah mulai memahami teknik mekanis dari motor bensin 2-tak, Michio Suzuki belum memiliki kemampuan untuk produksi massal.
Namun dengan dimulainya Perang Dunia II, rencana produksi kendaraan baru Suzuki terhenti ketika pemerintah kekaisaran Jepang menyatakan mobil niaga kecil penumpang sipil sebagai “komoditas non-esensial”.
Selama beberapa tahun berikutnya, Suzuki terus berinovasi dalam teknologi alat tenun, sering kali mengikuti saran para penenun yang menggunakan alat tenunnya. Perusahaan ini go public pada tahun 1920, dan memperoleh ketenaran internasional satu dekade kemudian dengan produksi alat tenun punchcard yang diekspor ke seluruh Asia Tenggara, karena efektivitasnya dalam sarung tenun yang sesuai dengan budaya dan kebutuhan orang Indonesia dan negara Asia tenggara lain. Namun, keberhasilan ini berumur pendek, karena pasar ekspor Jepang menyusut dengan cepat setelah memisahkan diri dari Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1933.
ERA MENJELANG PERANG DUNIA KEDUA
Michio Suzuki melihat usahanya masih membutuhkan banyak modal agar bisa bertumbuh. Perusahaannya pun melantai bursa saham setelah direorganisasi sebagai kabushiki kaisha (perusahaan saham gabungan) pada tahun 1920. Suzuki mematenkan perangkat kontrol pemuntir benang otomatis untuk alat tenun pada tahun 1923. Perusahaan Suzuki juga menghadapi perselisihan perburuhan pertama di daerah Enshū pada tahun 1926.
Alat tenun sarung diperkenalkan pada tahun 1930 membuat dunia mengenal merek Suzuki yang telah diekspor ke banyak negara di Asia Tenggara. Alat tenun Suzuki itu revolusioner karena menggunakan kartu berlubang yang jauh lebih kecil untuk menenun pola wafel karena menggunakan perangkat yang menyimpan kartu. Suzuki memperoleh paten kecil untuk perangkat yang melepaskan benang tepi lungsin tengah pada tahun 1932.
Perangkat ini secara dramatis meningkatkan produktivitas sarung tenun. Namun, ekspor kain tersebut menyusut dengan cepat. Hal itu disebabkan oleh keluarnya Jepang dari Liga Bangsa-Bangsa sebagai akibat penolakannya terhadap permintaan dari organisasi tersebut untuk mengembalikan Manchuria kembali ke Cina pada tahun 1933.Suzuki memang sudah memulai bereksperimen dengan teknologi otomotif pada pertengahan 1930-an. Ia melihat kendaraan dan mesin buatan negeri Jerman dan Amerika populer di Jepang. Ia melihat juga ada banyak pengusaha Jepang lain yang mulai membangun industri itu.
Michio Suzuki pun merancang mobil prototipe pada 1936. Pekerjaan penelitian dan pabrikasi ini terganggu oleh perang dunia kedua; seperti banyak pabrik sipil, Suzuki Corporation secara paksa digunakan untuk membantu upaya perang pembuatan amunisi. Walaupun mengalami penderitaan perang, permintaan servis yang tinggi masih bisa diusahakan.
ERA SETELAH PERANG DUNIA KEDUA
Pada akhir perang, Suzuki pun kembali memproduksi alat tenun. Produksi alat tenun mendapat dorongan ketika pemerintah AS menyetujui eksport pengiriman kapas ke Jepang. Usaha Suzuki pun menguat karena pesanan mulai meningkat dari produsen tekstil dalam negeri.
Menghadapi tantangan ini, Suzuki kembali ke produksi kendaraan bermotor. Setelah perang, Michio Suzuki melihat masyarakat Jepang sangat membutuhkan transportasi pribadi yang murah terjangkau dan dapat diandalkan. Sejumlah perusahaan di Jepang mulai menawarkan mesin bertenaga gas “clip-on” penggerak roda belakang sepeda yang bentuknya kecil dan cocok untuk beragam merek. Di era itu hampir semua pengrajin dan pandai besi teknis mencoba membuat sendiri mesin 2-tak ini, Suzuki pun meniru ide tersebut.
Dalam semangat inilah Suzuki memulai pengembangan kendaraan mini pertama dan satu-satunya di Jepang: pada saat itu, perusahaan lain hanya berfokus pada mobil besar. Kata Suzuki, “Ada kebutuhan akan mobil kecil dan praktis yang mampu dibeli siapa pun.” Ini adalah bidang yang sama sekali baru bagi para insinyurnya dan penemuan pertama mereka adalah sepeda motor port piston 36cc yang menggerakkan sepeda biasa.
Era persiapan perang sempat menaikkan permintaan akan mesin tenun dari Suzuki. Setelah perang pun permintaan akan servis mesin masih ada, tetapi kegembiraan itu berumur pendek karena pasar kapas dunia kembali runtuh hingga penghujung tahun 1951. Pada akhir 1950-an, industri kapas AS menghadapi masalah ekonomi, dan pemberantasan kumbang buah kapas diprioritaskan. Dinas Penelitian Pertanian membangun Laboratorium Penelitian Kumbang Boll, yang menghasilkan perangkap deteksi dan umpan feromon. Kesulitan ini membuat Suzuki harus mencari alternatif lain dalam mencari nafkah.
Kendaraan roda dua pertama Suzuki merupakan sepeda yang dilengkapi dengan motor yang disebut “Power Free”. Dirancang agar tidak mahal dan sederhana untuk dibuat dan dirawat, Power Free 1952 dari Suzuki ini memiliki mesin 36 cc, satu tenaga kuda, dua tak. Sistem gigi sproket ganda yang baru memungkinkan pengendara mengayuh pedal dengan bantuan mesin, mengayuh tanpa bantuan mesin, atau cukup melepas pedal dan bekerja dengan tenaga mesin saja. Kantor paten dari pemerintahan demokratis yang baru memberi Suzuki subsidi finansial untuk melanjutkan penelitian di bidang teknik sepeda motor.
SUZUKI MEMPRODUKSI “MOBIL RAKYAT”
Michio Suzuki dikenal sangat pintar melihat peluang pasar. Pengenalan kendaraan mobil seri Suzulight SF bertepatan dengan baik dengan “Program Mobil Rakyat” yang baru-baru ini diumumkan oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Internasional (MITI) Jepang, yang menetapkan tujuan industri otomotif Jepang untuk memproduksi “empat tempat duduk dengan atap. kecepatan 100 km / jam, dibandrol dengan harga ¥ 150.000, “guna mempercepat motorisasi dan pertumbuhan ekonomi Jepang.
Pada tahun 1954, Suzuki memproduksi 6.000 sepeda motor per bulan dan perusahaannya secara resmi berganti nama menjadi Suzuki Motor Co., Ltd. Menyusul kesuksesan sepeda motor pertamanya, Suzuki menciptakan mobil mini yang bahkan lebih sukses: Suzuki Suzulight tahun 1955. Suzulight dijual dengan penggerak roda depan, suspensi independen empat roda, dan kemudi rack-and-pinion, yang tidak umum pada mobil sampai tiga dekade kemudian.
Produksi seri skala kecil dimulai pada Oktober 1955, dengan 3-4 mobil dibuat per bulan. Namun, pada Februari 1956, produksi bulanan telah melonjak menjadi sekitar 30 mobil. Pada bulan Januari 1958, setelah penjualan yang lamban dan untuk mempermudah proses produksi, kisaran tersebut dikurangi menjadi satu model.
Pemerintah Jepang di era 1960an memutuskan untuk mengenakan pajak penjualan lima belas persen untuk mobil penumpang. Kondisi itu membuat mobil rakyat versi Suzuki SS menjadi sulit dijual. Namun Suzuki melihat mobil pickup dan mobil niaga lain ini tidak dikenakan pajak yang sama sehingga bisa dijual dengan harga yang lebih murah. Suzuki Light Van “SL” tetap ada; pemiliknya bisa dengan mudah memasangkan sendiri kursi belakang yang tepat untuk menghindari aturan perpajakan.
Suzulight menjadi merek dagang yang digunakan untuk mobil kei yang dibuat oleh Suzuki Motor Corporation dari tahun 1955 hingga 1969. Sedan Suzulight dan versi van ringan Suzulight semuanya memiliki mesin yang dipasang melintang dan penggerak roda depan. Truk dan van Suzulight Carry menjadi yang pertama menggunakan label Carry, masih ada sampai sekarang kita kenal dengan nama Suzuki Carry.
Pada tahun 1967, ketika memperkenalkan LC10 Fronte, Suzuki Motor Company memilih untuk memasarkannya juga dengan merek “Suzuki”, meskipun itu adalah mobil ringan (kei). Ini juga membuat pemasaran lebih mudah, dengan Suzuki tidak lagi harus membagi sumber daya mereka pada dua nama merek yang berbeda.
SUZUKI MARINE MEMPRODUKSI “MESIN OUTBOARD” UNTUK SPEED BOAT
Reputasi Michio Suzuki sebagai industrialis yang jenius dan selalu medengarkan konsumen, mendorongnya untuk merancang mesin kelautan berkualitas. Melihat diagram mesin yang sudah dimilikinya dari mesin pembakaran kecil yang andal pada akhirnya mendorong perusahaan untuk memasok platform transportasi lain, mesin motor tempel untuk transportasi laut.
Suzuki Marine menghasilkan mesin tempel dua tak dan empat tak mulai dari 2,5 tenaga kuda hingga 350hp. Motor tempel Suzuki Marine diproduksi di fasilitas Tokoyama di prefektur Aichi Jepang, dan di pabrik di beberapa negara di luar negeri.
Setelah memproduksi motor tempel pertama mereka pada tahun 1965, D55 5,5 tenaga kuda, Suzuki terus memproduksi motor tempel. pada tahun 1987, mesin Exante V6 DT200 dua langkah memenangkan penghargaan pertama perusahaan: penghargaan “Produk Paling Inovatif” dari National Marine Manufacturers Association (NMMA) AS
Berawal dari melihat perkembangan pasar mesin marine 2-tak buatan Amerika Serikat, Suzuki mengembangkan mesin outboard motor tempel untuk speedboat ringan sejenis ditahun 1965. Kemudian pada tahun 1994 berhasil meluncurkan “mesin tempel 4-tak” pertama DF9.9 dan DF15.
SUZUKI MENGUNDURKAN DIRI
Suzuki mengundurkan diri sebagai presiden Suzuki Motor Corporation pada tahun 1957 pada usia 70 tahun, menjadi anggota Dewan Penasehat. Menantunya Shunzō Suzuki mengambil alih sebagai presiden kedua perusahaan. Menantunya itu kemudian meneruskan usaha Michio Suzuki dan melanjutkan nama marganya tersebut.
Michio Suzuki meninggal di kota Hamamatsu pada 27 Oktober 1982. Michio Suzuki memang dikenal juga dengan semboyan hidupnya “semangat Yaramaika” -nya, semangat menantang dan inovatif dari wilayah Enshu yang menempatkan Suzuki di garis depan manufaktur dan teknologi otomotif.
KONTRIBUSI SUZUKI Di ERA MODEREN
Jepang fokus nasional pada peningkatan ekonomi masyarakat dan industrialisasi untuk mengimbangi seluruh dunia. Dengan tekstil sebagai salah satu industri utama Jepang selama periode industrialisasi pasca Perang Dunia II – serta pembuatan kapal dan perkeretaapian – Suzuki, menempatkan dirinya dan perusahaannya di tempat yang sangat baik untuk pertumbuhan.
Suzuki Motor Corporation (Jepang: ス ズ キ 株式会社, Suzuki Kabushiki-Kaisha) menjelma menjadi perusahaan multinasional Jepang yang berkantor pusat di Minami-ku, Hamamatsu. Bisa dibilang, volume penjualan sepeda motor domestik Suzuki merupakan yang ketiga terbesar di Jepang.
Saat ini, Suzuki dipimpin oleh pak Osamu Suzuki (鈴木 修, 30 Januari 1930) yang telah melayani perusahaan sejak 1978. Pada Februari 2021, perusahaan Suzuki juga mengumumkan bahwa pak Osamu Suzuki akan pensiun pada Juni 2021 dan menjadi penasihat.
Pada tahun 2016, Suzuki merupakan produsen mobil terbesar kesebelas berdasarkan produksi di seluruh dunia. Suzuki memiliki lebih dari 45.000 karyawan dan 35 fasilitas produksi di 23 negara, dan 133 distributor di 192 negara. Volume penjualan mobil di seluruh dunia merupakan yang terbesar kesepuluh di dunia, sedangkan volume penjualan domestik merupakan yang ketiga terbesar di negara tersebut.
Grup otomotif asal Jerman Volkswagen memegang 19,9% kepemilikan saham non-pengendali di Suzuki antara 2009 dan 2015. Situasi ini tidak bertahan lama, karena Suzuki menuduh Volkswagen tidak mau membagikan teknologi yang dijanjikan sementara Volkswagen keberatan dengan kesepakatan di mana Suzuki sendiri justru membeli mesin diesel dari Fiat. Pengadilan arbitrase internasional memerintahkan Volkswagen untuk menjual kembali saham tersebut ke Suzuki. Suzuki membayar $ 3,8 miliar untuk menyelesaikan pembelian kembali saham pada September 2015.
Toyota dan Suzuki menandatangani perjanjian aliansi modal di tahun 2019. Dengan hampir setengah abad memimpin, Suzuki secara luas dikreditkan dengan mengubah pembuat mobil menjadi seperti sekarang ini: salah satu pabrikan kendaraan kecil terbesar di dunia. Alih-alih membawa raksasa otomotif terbesar Jepang seperti Toyota Motor Corp., Suzuki bekerja untuk menumbuhkan perusahaan dengan menemukan pasar baru di seluruh dunia untuk mobil kompaknya, membangun pangsa dominan di India selama dua masa jabatan pertamanya sebagai presiden dari 1978 hingga 2000.
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan kualitas produknya, pak Michio Suzuki secara rutin mengunjungi pelanggannya untuk mendengarkan pendapat dan kebutuhan mereka tentang mesinnya. “Selalu berpikir dari sudut pandang pelanggan Anda. Berikan apa pun yang dibutuhkan pelanggan Anda. Itu mungkin jika Anda berusaha cukup keras.”
Alat tenun sarung sebagian besar dibeli oleh pabrik tenun kecil yang dimiliki usaha keluarga maupun koperasi dengan kurang dari 20 alat tenun. Suzuki menjual produk dengan cicilan bulanan, yang memang sangat langka pada saat itu, sehingga bahkan usaha kecil dengan sedikit dana dapat membeli mesin Suzuki.
Ketika orang lain di perusahaan itu menentang untuk melakukan pengembangan mobil, dia memotivasi para pekerja dengan mengatakan, “Saya tidak punya alasan untuk tidak melakukan ini. Hal ini layak untuk mengambil tantangan terutama ketika hanya ada sedikit uang.”
Semoga kisah pak Michio Suzuki ini menginspirasi kamu! Metalextra menawarkan solusi perangkat kerja presisi berkualitas tinggi. Berbeda dengan pesaing kami yang berjualan tong sampah dan alat kerja non-presisi yang dicampur aduk, kami merupakan satu-satunya spesialis presisi asli Indonesia yang paham dan mengerti cara cerdas untuk mengejar kesempurnaan dan toleransi yang ketat.
Jangan ragu untuk mencari bantuan dari spesialis kami yang dapat membantu Anda memilih alat uji, alat ukur dan perkakas presisi bermanfaat maksimal. Hubungi kami melalui email: moc.artxelatem @selas
Semoga bermanfaat ya! Wassalam!
Sumber:
Suzuki Global Group Website
Ozeki, Kazuo (2007). Suzuki Story: Small Cars, Big Ambitions. Tokyo: Miki Pres
blog.suzukiauto.co.za/blog/who-was-michio-suzuki
suzuki.co.nz/cars/suzuki-life/news/article/michio-suzuki-a-name-woven-into-suzukis-history/538023
hamamatsu-books.jp/en/category/detail/4c8db56a12889.html
Tim Kreatif Metalextra.com, Tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.