Patimban Deep Sea Port proyeksikan nilai ekspor Indonesia Rp110 triliun

Terdapat sekitar 600.000 unit mobil yang bakal diekspor melalui Pelabuhan Patimban hingga tahun 2025 mendatang. Proyeksi total nilai ekspornya sebesar Rp110 triliun yang bisa dikapalkan melalui Pelabuhan Patimban.

Pelabuhan Laut Dalam Patimban merupakan pelabuhan laut yang sedang dibangun di Subang, Jawa Barat, Indonesia. Letaknya sekitar 70 kilometer dari Kawasan Industri Karawang dan 145 kilometer dari pusat kota Jakarta, tempat banyak perusahaan industri Jepang, khususnya pabrikan otomotif beroperasi.

Pelabuhan tersebut memiliki luas total 654 hektar di mana 300 hektar akan dikhususkan untuk peti kemas antar moda dan terminal kendaraan, sedangkan 354 hektar sisanya akan digunakan sebagai area cadangan. Pembangunan pelabuhan tahap pertama diharapkan selesai pada Juni 2020, yang akan selesai sepenuhnya pada tahun 2027

Kementerian Perindustrian menilai peran pelabuhan sangat penting dalam perdagangan internasional, karena sebagai pintu gerbang utama dalam proses bongkar muat ekspor dan impor. Pelabuhan juga memberikan beragam manfaat bagi perekonomian pusat maupun daerah melalui peningkatan pajak dan pendapatan negara sebagai dampak meningkatnya konsumsi dan produksi.

Kami berpendapat, Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang akan diluncurkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat, tentunya memiliki nilai yang sangat penting bagi pengembangan industri otomotif nasional,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Jumat (20/11).

Sekjen Kemenperin menjelaskan, Pelabuhan Patimban didedikasikan untuk menjadi hub besar dalam produksi kendaraan bermotor di Indonesia maupun ekspor produk otomotif ke pasar global. ”Diharapkan operasional Pelabuhan Patimban dapat membangkitkan optimisme perusahaan industri dan pelaku usaha lainnya terkait pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan aktifitas ekspor-impor serta peningkatan produksi dan konsumsi dalam negeri.  

Kami mengajak seluruh pelaku industri otomotif baik pabrikan kendaraan bermotor, produsen komponen dan sparepart, sampai ke industri bahan baku untuk dapat menjadikan Pelabuhan Patimban sebagai mitra strategis dalam aktifitas bongkar muat barang untuk ekspor-impor sehingga pelabuhan ini dapat menjadi pusat perdagangan internasional,” paparnya.

Sigit optimistis, keberadaan Pelabuhan Patimban bakal mendongkrak daya saing industri otomotif di tanah air. Apalagi, industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional.

Saat ini, ada 19 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang ada di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp93,22 triliun untuk kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, dan menyerap tenaga kerja langsung sebesar 38 ribu orang, serta lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut,” sebutnya.

Selain itu, produk kendaraan bermotor produksi dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor ke lebih dari 80 negara di dunia. Pada Januari-September 2020, ekspor kendaraan CBU (Completely Build Up) sebanyak 155,25 ribu unit atau senilai Rp28,20 triliun, kemudian ekspor kendaraan CKD (Completely Knock Down) sebanyak 34,72 ribu set atau senilai Rp1,10 triliun, dan pengapalan komponen sebanyak 40,36 juta pieces atau senilai Rp15,20 triliun.

Dalam program Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 April 2018, sektor industri kendaraan bermotor nasional ditargetkan akan menjadi pemain global dan ekspor hub kendaraan bermotor baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak atau ICE (Internal Combustion Engine) maupun kendaraan listrik atau EV,” ungkapnya.

Pemerintah juga menargetkan produksi kendaraan listrik pada tahun 2025 sebesar 20% dari total produksi nasional, di mana angka 20% termasuk di dalamnya adalah Hybrid VehiclePlug in Hybrid VehicleBattery Electric Vehicle, dan Fuel Cell Electric Vehicle.

Target tersebut akan dapat mendukung pencapaian target pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030 (atas upaya sendiri), menarik investasi di sektor industri komponen utama (baterai, motor listrik dan power control unit) yang memiliki valuasi/nilai ekonomi sangat tinggi, serta mendorong hilirisasi bahan baku baterai di Indonesia.

Dongkrak produktivitas otomotif

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier menyebutkan, jasa pelayanan yang berada dalam ekosistem pelabuhan jadi faktor produktivitas otomotif.

Taufiek meyakini, optimalisasi Pelabuhan Patimban dapat meningkatkan produktivitas industri otomotif nasional. Kelancaran arus perputaran dalam ekosistem pelabuhan akan menjadi bagian penting untuk memenuhi segala kebutuhan serta percepatan kegiatan di pabrik.

Demand di sektor otomotif berkaitan dengan kelancaran, kecepatan, hingga keamanan dari barang yang akan diekspor dan impor bahan baku. Sehingga, pengelolaan pelabuhan jadi nilai utama penunjang produktivitas,” papar Taufiek.

Taufik berharap penguatan kegiatan Pelabuhan Patimban dapat dilakukan melalui aplikasi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pada setiap tahap aktivitas, mulai dari pengangkutan produk, pengiriman, custom clearance, hingga pre-inspection bisa terekam dengan teknologi canggih. Hal ini akan menekan waktu tunda atau delay yang tidak perlu di wilayah pelabuhan.

Selain itu, pengelola pelabuhan Patimban dapat menyiapkan tenaga terampil untuk mengurusi beragam kebutuhan dan pelayanan khusus bagi mobil yang akan dikirim ke negara lain. “Artinya, pelabuhan menangkap semua kebutuhan yang ada di sektor otomotif secara optimal,” ungkapnya.

Taufiek menambahkan, disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan kehadiran Pelabuhan Patimban nantinya diyakini mampu mengerek investasi ke Indonesia. Salah satu hal yang dapat dimanfaatkan adalah adanya kelancaran arus barang dari mancanegara.

Ini akan selaras dan memaksimalkan fungsi ekonomi yang ada. Sekali lagi, pengelola pelabuhan perlu betul-betul mengerti permintaan di sektor industri secara garis besar,” imbuhnya.

Taufiek menyampaikan, terdapat enam perusahaan yang menyatakan akan mulai menggunakan Pelabuhan Patimban untuk kegiatan bisnisnya. “Saat ini sudah enam perusahaan yang memastikan akan langsung menggunakan pelabuhan seusai diresmikan nanti,” ujarnya.

Oleh karena itu, Taufiek menilai Pelabuhan Patimban harus mendukung sektor automotif dengan mengedepankan konsep kecerdasan buatan. Sehingga, perlu persiapan matang sebelum pelabuhan ini benar-benar beroperasi.

KESIMPULAN

Di Metalextra.com kami yakin dengan peningkatan berkelanjutan dari teknologi produksi yang baik jika dikombinasikan dengan pengujian dan pengembangan, memungkinkan kami untuk menawarkan produk-produk berkualitas tinggi yang membantu perusahaan-perusahaan manufaktur di berbagai industri dan tentunya demi meningkatkan produktivitas anda. Kami juga menawarkan solusi perangkat alat ukur presisi berkualitas tinggi asal Swiss, Jerman, Taiwan, Jepang.

Jika Anda berminat untuk membeli alat kerja presisi ataupun beragam alat aksesoris machining dan cutting tool dimensi metric lainnya silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email: sales@metalextra.com

Semoga bermanfaat. Wassalam!


Sumber:  Siaran Pers Kementrian Perdagangan NOVEMBER 2020

Tim Kreatif Metalextra.com, Kesimpulan di tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.

Awalnya dipublikasikan pada28 November 2019 @ 4:29 PM

Tinggalkan Balasan