Indonesia Jepang perkuat kerjasama industri manufaktur

Pemerintah Indonesia dan Jepang mulai mengimplementasikan proyek The New Manufacturing Industry Development Center (New MIDEC) guna memperkuat sinergi dalam pengembangan sektor manufaktur.

Menperin menegaskan, Pemerintah Indonesia siap mendukung dunia usaha dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai kebijakan, diantaranya memberikan insentif fiskalberupa tax holiday, tax allowance, serta super deductiontax untuk vokasi dan inovasi.

New MIDEC termasuk dalam kerangka kerja sama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang telah ditandatangani pemimpin kedua negara pada 20 Agustus 2007. Sinergitas tersebut dituangkan melalui penandatanganan framework document antara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Ministry of Economy, Trade, and Investment (METI) Jepang Hiroshige Seko di Osaka, Jepang, pada 27 Juni 2019.

Implementasi New MIDEC meliputi enam sektor, yaitu industri otomotif, elektronik, tekstil, makanan minuman, kimia, dan logam. Selain itu terdapat tujuh lintas sektor, yakni metal working, mold & dies (tooling), welding, pengembangan usaha kecil menengah (UKM), promosi ekspor dan investasi, industri hijau (energy, waste, emission), serta industry 4.0 (digital- isasi, otomasi, reformasi kebijakan).

Menperin mengungkapkan, implementasi program New MIDEC yang dapat dilaksanakan lang- sung setelah penandatanganan framework document adalah di sektor otomotif dengan melibatkan dua lintas sektor, yakni mold & dies (tooling) dan pengembangan UKM. Adapun, kegiatan di sektor lainnya akan dilaksanakan setelah kedua belah pihak menyiapkan Technical Arrangement dan masukan dari para stakeholders terkait.

“Kerja sama New MIDEC ini bisa mengompensasikan defisit perdagangan antara Indonesia dan Jepang dalam bentuk capacity building yang sifatnya dasar untuk sektor manufaktur. Misalnya, kapasitas untuk teknik pengelasan atau skill lainnya yang terkait di industri otomotif,” kata Menperin. Melalui kerja sama tersebut, dia optimitistis investor Jepang akan semakin tertarik menanamkan modalnya di Indonesia. Sebagai contoh, ungkap Menperin, dalam pertemuannya dengan President Toyota Motor Corp. Akio Toyoda, perusahaan itu menyampaikan rencana mengembangkan kendaraan berbasis listrik khususnya hybrid di Indonesia.

Toyota siap menggelontorkan investasi sekitar Rp28,3 triliun selama empat tahun ke depan. Rencana Toyota ini terkait dengan kebijakan pemerintah mengembangkan kendaraan listik di dalam negeri. Rencana Toyota mengembangkan mobil hybrid sesuai dengan hasil studi Kementerian Perindustrian bersama salah satu produsen otomotif Jepang dengan melibatkan enam perguruan tinggi di Indonesia.

Hasil studi itu menyebutkan hybrid menjadi salah satu alternatif kendaraan listrik. Hal senada disampaikan Menteri Seko, bahwa salah satu kebijakan otomotif ke depan yang penting adalah pengembangan kendaraan berbasis baterai atau listrik. Sejauh ini, Jepang telah membuat kebijakan yang paralel untuk kendaraan berbasis listrik (EV) dan hybrid. HADIRI KTT G-20 Dalam kunjungannya ke Jepang,

Menperin juga menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-Negara Group 20 (G-20) di Osaka. Dalam kesempatan itu, Menperin bertemu dengan sejumlah CEO dari perusahaanperusahaan ternama Jepang. Para CEO tersebut mengharapkan iklim investasi di Indonesia semakin baik, termasuk jaminan ketersediaan bahan baku dan dukungan infrastruktur yang memadai, seperti listrik dan pelabuhan. Kedua faktor ini menjadi kekuatan untuk meningkatkan daya saing industri. Pertemuan itu diikuti sejumlah perusahaan besar Jepang yang umumnya telah beroperasi 30 tahun lebih di Indonesia.

Mereka bergerak di berbagai industri, seperti energi, pembangkit listrik, pulp and paper, kimia, otomotif dan perbankan. Menperin menegaskan , Pemerintah Indonesia siap mendukung dunia usaha dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai kebijakan, di antaranya memberikan insentif fiskal berupa tax holiday, tax allowance, serta super deductiontax untuk vokasi dan inovasi. Pertemuan dengan perusahaan Jepang tersebut juga membahas teknologi perbankan, seperti keberadaan data center dan digital financial inklusif, yang menggunakan teknologi artificial intelligence. Pembahasan lainnya yakni terkait dengan proyek prototipe untuk kota pintar (smart cities).


Sumber: Kementrian Perindustrian Indonesia

Awalnya dipublikasikan pada27 Desember 2019 @ 12:44 AM

Tinggalkan Balasan